
dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta ,
kemanakah mereka
...
...
Bait diatas merupakan penggalan dari puisi perempuan-perempuan perkasa karya Hartoyo Andangjaya, rasanya tepat sekali jika puisi ini kupersembahkan untuk wanita perkasa disekililingku satu minggu lalu ketika di-Cirebon.
Sayuran dan bumbu tumpah ruah disana, seperti pasar lokal yang baru dibuka dan ramai pengunjung dengan para wanita didalamnya. Memilih dan memiliah, memikirkan apa yang akan dimasaknya untuk masa waktu selanjutnya, dan membuat aneka makanan cemilan untuk tamu tanpa memikirkan lelah dan penat yang dirasa, apalagi berteman dengan tungku api sederhana yang berkawan dengan kayu bakar.
Asap mengepul, hitam jelaga merupakan make-up alami yang membuat mereka tampak ayu, ya kecantikan ibu-ibu itu terpancar dari wajah-wajah cerianya. dengan rela mereka memasak membantu sang empunya hajat untuk melancarkan acara, bahkan menahan sang empunya untuk campur tangan. waw.. bahu membahu yang sangat indah..

Pagi subuh mereka sudah berkumpul untuk membuat sarapan, berlanjut dengan makan siang, makan malam, bahkan makan tengah malam untuk para lelaki yang begadang menjaga keamanan lingkungan sang empunya hajat. setelah itu barulah mereka pulang,, menakjubkan. tenaga yang luar biasa.
Tak ada lengkungan bibir masam terlihat diwajah mereka, tapi dapur serasa pasar untuk mendapatkan senyuman-senyuman terbaik.
Postingan ini juga untuk memperlihatkan pembuatan tape (lihat gambar pertama) tapi maaf, saya telah, jadi tidak bisa membidik ragi dan saat penyebaran ragi ke ketan hitamnya :D (banyak sesi yang hilang)
ReplyDelete