Wednesday, 8 August 2012

Kisah Kang Baridin - Suratmina


Sastra adalah sarana hiburan dan pendidikan yang sangat universal, karena semua orang pasti menyukainya. Hanya jenis-jenisnya saja yang berbeda. Sastra selain menjadi sarana untuk hiburan biasanya juga memuat sebuah pelajaran yang penting bagi para penikmatnya.

Seperti sebuah budaya yang ada di Cirebon (kampung saya), ada sebuah sastra lisan yang sangat populer pada jaman dulu yang mungkin sampai sekarangpun masih cukup dikenal, yaitu sastra lisan yang bercerita tentang Kang Baridin danSuratmina. Tapi sastra lisan Kang Baridin dan Suratmina ini sudah luntur karena tidak pernah dicuci (?). Ya, tidak seperti baju yang sering dicuci menjadi luntur, tapi menurut saya sastra akan luntur jika tidak akan pernah dicuci alias dikembangan dan terus dikenalkan ke masyarakat. 

Salah satu adegan Mbok Warsih Melamar Ratmina. (Ratmina - Bapak Dam - Mbok Warsih)


Tapi saya bersyukur karena keluarga saya tergolong keluarga yang selalu mengubek-ubek alias menyukai hiburan-hiburan jaman dulu atau mereka yang terlalu jaman dulu, hahaa ... tapi gak masalah, berarti keluarga saya masih turut serta dalam mengenalkan budaya walau hanya melalui MP3. Ya, saya mendengarkan kisah Kang Baridin dan Suratmina ini melalui MP3 handphone. Entah darimana sepupu saya mendapatkan itu file. Sebenarnya dulu saya pernah lihat di TV, kalau tidak salah di TVRI Cirebon (ada gak sih TVRI Cirebon? kalo gak ada berarti TVRI Bandung)

Sebelum membaca cerita versi saya, saya infokan bahwa ada beberapa versi. Versi saya adalah Suratmina gadis sombong yang menjadi gila karena menolak cinta Baridin. dan versi lain adalah Baridin dan Ratmina sepasang kekasih namun tidak direstui Orangtua Ratmina, namun tetap diakhir cerita Ratmina gila karena dikemat)


Pelajaran yang diperoleh  dari cerita ini adalah jangan sombong terhadap sesama terutama lawan jenis, karena dapat berakibat musibah yang tidak diduga.

notes:
Kemat adalah ajian pengasih agar orang jatuh cinta kepada kita
Jaran Goyang adalah salah satu dari jenis mantra kemat
Weluku adalah alat untuk mencangkul sawah


ini dia ceritanya:

Alkisah jaman dulu kala hiduplah seorang pemuda miskin di sebuah desa (ya elaah .. pengantarnya kaya karangan waktu SD banget yak. hhahaaa). Baridin adalah pemuda yang tergolong miskin dikampung dan tinggal bersama ibunya bernama Mbok Wangsih/Warsih. Dipihak lain ada seorang gadis kembang desa bernama Suratmina yang tinggal bersama ayahnya, yaitu Bapak Dam, orang terkaya dikampung.

Suatu hari, Ratmina (panggilan Suratmina) pamit kepada ayahnya untuk pergi ke pasar, tapi entah mengapa sampai sore menjelang Ratmina belum pulang. Hal ini membuat Bapak Dam gelisah, namun untuk mencari Ratmina, Bapak Dam bingung karena rumah kosong. Disaat sedang menunggu Ratmina, Bapak Dam teringat terhadap mimpinya semalam (saya lupa isi mimpinya). Karena itu dia mencari tukang falak (orang yang bisa meramal dan menafsirkan mimpi), dan kebetulan dihari itu ada tukang falak yang sedang keliling, maka dipanggilah tukang falak tersebut. Setelah memberitahukan isi mimpinya maka kata tukang falak ada dua hal dari mimpi tersebut, yaitu memberitahukan Bapak Dam yang sedang berjaya dan yang kedua musibah, yaitu anaknya akan gila. Namun Bapak Dam malah marah karena merasa dihina, akhirnya tukang falak malah diusir dan tidak mau membayar uang jasanya.

Dipasar Ratmina bertemu Baridin, Baridin jatuh cinta karena kecantikan Ratmina. Sebagai lelaki Baridin mulai menggoda dan mengutarakan perasaannya. Namun godaan Baridin ditepis mentah-mentah oleh Ratmina, yang intinya "Ih, lebih bak gila daripada kawin sama pemuda miskin melarat jelek seprti kamu". Namun hal ini tidak membuat Baridik berkecil hati, sepulangnya kerumah Baridin meminta ibunya untuk melamarkan Ratmina untuk dirinya. Permintaan Baridin ini jelas ditolak oleh mbok Wangsih, karena memang tidak mungkin karena dia terlalu miskin untuk melamar anak orang kaya. Namun karena Baridin berusaha bunuh diri jika tidak dilamarkan, akhirnya Mbok Wangsih pergi kerumah Bapak Dam untuk melamar.

Sekembalinya ratmina dari pasar dia bercerita kepada ayahnya, yang inti percakapannya "mama (Orang Cirebon terkadang memanggil Ayah dengan mama).. tadi ada halangan, masa ada pemuda namanya Baridin, orangnya jelek miskin katanya suka sama saya, dia tukang dagang weluku (Alinya Baridin adalah tukang mencangkul, namun karena bertemu dipasar maka dikira pedagang)" Larutlah mereka dalam percakapan sore antara Ayah dan Anak.

Pada hari itu tiba-tiba digambarkan ada beberapa pemuda yang bertandang kerumah Bapak Dam, banyak pemudah yang berusaha melamar Ratmina, mulai dari saudagar kaya, pekerja kantoran, juragan nelayan, dan dalang tarling namun semuanya ditolak oleh Ratmina dengan alasan tidak ada yang disukai oleh Ratmina.

Pada hari itu juga Mbok Wangsih datang kerumah Bapak Dam, bolak-balik didepan rumah dan ragu untuk masuk. Tiba-tiba anjing menggonggong dan membuat penghuni rumah tahu bahwa ada orang diluar rumah, dilihat oleh Ratmina yang dikira adalah pengemis, diberikannyalah uang Rp50 kepada Mbok Wangsih, namun dengan halus ditolak, "Saya tidak mengemis, maaf". Ratmina heran dan marah-marah "sombong sekali ngemis aja, Rp 50 perak itu susah dicari, ini dikasih malah ditolak" akhirnya sama Bapak Dam, Ratmina diminta untuk memberikan sebesar Rp 100. Namun tetap ditolak. Akhirnya Mbok Wangsih mengatakan jika ada perlu. Akhirnya Bapak Dam menemui dan bertanya ada apa, mengetahui bahwa ingin melamar, marahlah Ratmina dan Bapak Dam, hinaan dan ejekan dilontarkan mereka ke Mbok Wangsih sampai menangis hingga pulang kerumah.

Seperti biasa rumah dikampung yang kadang ada tokeknya, dan biasanya mereka akan menjadikan suara tokek itu pertanda. Begitu juga bapak Dam dan Ratmina, malam itu terdengar suara tokek dan ramalan yang biasanya diikutkan sepanjang suara tokek adalah "blai .. rejeki alias musibah .. rejeki". Pada malam itu entah kenapa setiap akhir dari ucapan mereka mengikuti suara tokek berhenti pada kata "musibah". Tanpa curiga mereka tetap bercanda.

Ditempat lain, Baridin sakit hati melihat perlakuan yang diperoleh Ibunya. Akhirnya Baridin pergi dan bertapa untuk mengamalkan kemat Jaran Goyang. Yaitu sebuah ajimat alias amalan untuk membuat orang lain jatuh cinta kepadanya. Amalan kemat jarang goyang harus diamalkan selama 40 hari tanpa tidur tanpa makan.

Berdasar kisah Kemat Jaran Goyang Baridin berhasil, kesadaran Ratmina mulai berkurang, Ratmina mulai sering menyebut nama Baridin dan minta dinikahi, tapi Bapak Dam tidak tahu dimana Baridin tinggal sekarang, akhirnya berujung Ratmina gila. Ketika Ratmina bertemu Baridin dan menyatakan perasaannya, Baridin menolaknya, Karena tujuan Baridin mengemat Ratmina adalah bukan untuk menikahinya melainkan sengaja membuat menderita Ratmina (seperti diketahui Sebuah ajian pengasih harus berakhir dengan pernikahan, jika tidak akan gila).

Gila Ratmina semakin menjadi, Ratmina berkeliaran keliling kampung dan tetap menyebut nama Baridin sampai meninggal. Dikisahkan Ratmina meninggal ketika bertemu Baridin, karena ketika bertemu Ratmina terus memohon agar mau dinikahi. Dikisahkan pula Baridin meninggal pada waktu yang tidak terpaut jauh, Baridin meninggal karena amalannya, yaitu tidak makan selama 40 hari. Akhirnya kisah Baridin dan Suratmina ini diakhiri dengan meninggalnya mereka berdua.


No comments:

Post a Comment

Monggo komennya tak enteni loh :)