Kamis, 21 Maret 2013 lalu saya berangkat kuliah dari stasiun duren tiga dengan menggunakan kereta ekonomi, alhamdulillah kosong, jadi saya bisa duduk sehingga peningkatan grafik rasa lelah hari itupun sedikit melamban.
Ketika sedang menikmati hembusan angin yang menerobos manja melalui jendela-jendela kereta yang sudah usang, tiba-tiba kudengar ada seseorang yang sepertinya mengajak saya ngobrol. Secara reflek sudah pasti saya menengok ke arah kiri (sumber suara), dan ternyata, penampilan sumber suara membuat saya ragu untuk menjawab walaupun tak mungkin tak ku jawab, mengingat silaturahmi dapat dijalin dengan siapapun, tanpa berbatas ras, suku, agama, dan segala pengkastaan dalam hidup.
Ketika sedang menikmati hembusan angin yang menerobos manja melalui jendela-jendela kereta yang sudah usang, tiba-tiba kudengar ada seseorang yang sepertinya mengajak saya ngobrol. Secara reflek sudah pasti saya menengok ke arah kiri (sumber suara), dan ternyata, penampilan sumber suara membuat saya ragu untuk menjawab walaupun tak mungkin tak ku jawab, mengingat silaturahmi dapat dijalin dengan siapapun, tanpa berbatas ras, suku, agama, dan segala pengkastaan dalam hidup.