Wednesday, 30 January 2013

Salah Siapa?


Gw pernah nulis status difacebook yang berbunyi, "Pelajaran untuk bersyukur itu ada digerbong kereta ekonomi Jabodetabek". Itu status gw yang entah sudah berapa lama, sepertinya sudah setahun. Dan hari ini gw mulai bertanya "salah siapa?"



Salah siapa? mungkin salah kita semua, termasuk kesalahan gw juga. Kita yang kurang aware sama lingkungan sekitar kita, sama tetangga kita dan teman-teman kita. Mayoritas dari kita hanya perhatian pada diri kita (saja), mungkin juga banyak yang menyangkal hal ini, dan gw sangat bersyukur kepada teman-teman yang menyangkal. Tapi gw sendiri nggak dapat menyangkal kesalahan ini. Mungkin ada beberapa temen yang sudah menangkap maksud kesalahan yang gw maksud dari opening words gw diatas. Nah, untuk menyamakan persepsi, masalah yang gw maksud adalah masalah mengenai banyaknya pengamen, peminta-minta, copet, dan sejenisnya yang berada digerbong kereta dan bus-bus kota yang berseliweran diJakarta. 

Entah dalam sehari berapa banyak pengamen dibus kota yang kita naikin. Mulai dari yang usia dewasa, nenek-nenek, kakek-kakek, sampai bocah yang baru kelar ingusan (bahkan ada yang masih) semua mampir mengais rupiah receh didalam bus. Mulai dari nyanyian suara sumbang sampai ocehan orasi bersenjata silet yang saling menyahut. Atau dikereta mulai dari pengamen yang melek sampe pengamen yang buta dan rata-rata buta atau kaki pengsor. Sedih memang, bikin sakit kepala, tapi inilah cerita hidup.
Salah siapa, kenapa mereka ada? tidakkah mereka mencari pekerjaan lain? Tapi diantara itu semua saya sangat salut dengan peminta-minta yang dengan memberikan jasa menyapu lantai gerbong kereta ekonomi. Memang tidak bersih, tapi setidaknya membantu mengurangi sampah yang hampir menggantikan warna merah lantai kereta yang terus luntur. 

Kalau kata Mario Teguh, "Wajar masih galau karena yang dipikirkan persoalan melulu bukan mencari solusi. Jangan jadi anak muda "lembek"!".

From: http://kumpulanbaca.blogspot.com
Situasi gw disini emang sebagai pengeluh yang cuma bertanya salah siapa, yang cuma bisa ngebantu cari solusi yang klise (stereotip). Yang semua anak SD pun bisa ngasih pendapat itu. Seperti, "Ayo untuk lebih peduli pada masalah lingkungan kita". Sangat klise kan? iya banget malah. Tapi menurut gw, klise adalah sebuah upaya yang sebenarnya menjadi pondasi utama jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Karena sesungguhnya semua jawaban dan solusi itu bersifat klise, tindakanlah yang membuatnya nyata.

Yook temen-temen, untuk lebih banyak lagi sedekah dan amal, terutama sama saudara-saudara dan tetangga-tetangga kita. Biar mereka tidak menjadi orang-orang yang ada diluar sana, yang harus mengejar buskota atau laju kereta agar ada receh yang masuk ke kantorng plastik yang mereka bawa. Selain itu, dengan memberi ke saudara dan tetangga, kita akan merasa lebih nyaman untuk beramal, karena kita tahu orang yang kita bantu memang benar-benar butuh, bukan menjadikan meminta sebagai sumber penghasilan seperti yang terdapat disudut lampu merah atau dipintu masuk masjid dan mall.

Ayo kita jawab kesalahan siapa :)

No comments:

Post a Comment

Monggo komennya tak enteni loh :)