Monday 30 December 2013

Umbul Sidomukti Part 1 #Late Post



Mataku menerawang melihat kesetiap lekuk cantik yang telah Tuhan ciptakan yang kini dihadapanku, tak ada bantah atas karya-Nya

Tak sedetikpun kurelakan mataku berkedip ketika pertama kumelihatnya. Karena satu detik begitu berharga.

Kurelakan berlari dan mengejar walau tenaga telah menguap tepapar matahari, hanya demi segera berjumpa dengannya.

Warna hijau yang membalutnya menciptakan kesegaran pada pandangku, memberikan rasa nyaman yang tak ingin saya tinggalkan.

Penatku yang telah bersemayam entah berapa belas menghilang ketika belaian lembutnya menyentuh kulit dan rambutku,

Yang membuatku ingin rasanya segera tertidur bersama kelembutannya, tapi sekali lagi satu detik yang ada sangat berharga, belum puasku memandang dan menjelajahinya.

Biarlah malam nanti saja kutertidur seperti biasa, ketika jarak pandang mata telah berkurang karena bintang telah mengambil alih panggung pertunjukan



....
 

Hai sobat. I’m back. Sudah lama rasanya jemari saya tak menggelitik keyboard laptop dan memberi asupan gizi pada blog saya ini, kasihan sudah kurus kering seperti yang punya. Banyak sebenarnya yang ingin saya tulis, namun rasa kemalasan selalu menang mengekang semangat sampai ide menulispun hilang seperti bayangan yang tertelan malam.

Disemangat sore menjelang magrib ini saya teringat  mengenai jalan-jalan libur lebaran kemarin. Libur lebaran yang lalu saya diajak teman kampus untuk menjajaki liburan dikota Semarang, Kudus dan sekitarnya, karena saya belum pernah kesana akhirnya saya memutuskan untuk turut serta.

Saya memulai perjalanan di Cirebon bersama Nesya, Awewe kuningan yang yang katanya bisa ngomong “F” tapi kalau moto selalu gada hasilnya karena bakal hilang setiap mau copy filenya dari MicroSD ke Laptop (jadi inget tragedi tidungkan, huh …).  Kami berangkat dengan kereta keberangkatan jam 11 malam, tapi janjian ketemu jam setengah delapan malam di Grage Mall, tapi ketemunya jam 9 dan berhasil bikin saya lupa bawa CD (dalam arti sebenarnya untuk pakaian dalam) karena bikin saya buru-buru, kayaknya saya kudu punya alarm pengingat khusus nih untuk yang satu itu, karena setiap pergi jauh 80% beli diluar. 

Distasiun Cirebon (didalem kereta ya) kami bertemu teman yang lain berangkat dari Jakarta (Namanya gak disebutin yak, kebanyakan yang dari Jakarta, nanti aja nyebutinnya kalau ada cerita yang berhubungan sama kalian :p hhhee) mengenai harga tiket You know me so well lah ya kalo lebaran kaya apa harganya. Tujuan utama kami adalah umbul sidomukti, yang kalau Tanya Oom Google, pasti selalu diceritain yang bagus-bagus yang bikin kita nggak bisa nahan untuk menolak kesana, dan puisi gombal diatas adalah gambaran dari saya untuk umbul sidomukti.

Jam dua dini kereta Senja Utama Semarang kami sampai distasiun Semarang Tawang, kami dijemput sama Lia dan Pak De nya, Lia adalah satu dari teman kami yang telah merelakan rumahnya kami porak porandakan. Ketemu Lia di Semarang sempat bikin shock, ngejemput dengan baju rapih dan berwages 8 cm, Kayaknya Lia mau ekspansi wilayah dagang baju nih dengan menjadikan dirinya model dagangannya, maklum di Jakarta dia vice preman of tanah abang, hhaaa..  yang saya suka adalah logatnya yang back to Javanese yang membuat saya yakin bahwa sudah ada di Jawa.

 
Dari kiri : Meiga, Nesya, TJ, Mba Dwi, Dina, Eris, Evi,
dan Kangmas Jawanya Dina yang udah kabur dijemput Mamihnya

Suasana stasiun Tawang Dini Hari
 
Perjalanan kerumah Lia melewati Kampus dan Asrama mahasiswa Univ. Negeri Semarang. Nah, karena lewat sini pulalah saya jadi tau kalau kampung inggris nggak cuman ada di Pare, tapi sepertinya disini kurang popular, butuh PR (public relation) yang lebih oke kayaknya, hheee…

Dirumah Lia kita hanya singgah sementara, cukup untuk ngebangunin orang tidur dipagi buta biar dapet sarapan gratis, minum jamu gratis, mandi gratis, ngemil gratis, dan buah gratis, terutama semangka gratis yang bingung gimana cara belahnya karena di umbul nggak ada pisau. Lumayankan menekan pengeluaran, Matur suwun Mamah Papahnya Lia , lope lopenya pullah buat kalian, wait, buat Oom nya juga matuw suwun sanget udah jemput dari stasiun.


et dah, bapaknya Lia ternyata kabur-kaburan mau dipoto.
Lihat bapak bapak yang nggak berkopiah

penampakan di ibu-ibu di Elf
Dari rumah Lia kami dijemput oleh Mba wati dan kangmasnya yang katanya kangmas tersayang, walau kalau cerita lebih banyak adegan berantemnya daripada sayang-sayangannya. Mungkin itu cara mereka saling menyayangi, who know.. hhaaa Tim SAR yang menjemput kami ternyata nambah tiga personil, (sebuas itukah kami sehingga butuh personel tambahan untuk mengamankan kami). Wait, kok tim SAR sih yang ada dikepala saya, parah nih, maksudnya adalah anggota tambahan yang bakal memberikan semarak tambahan diliburan kami. Mereka adalah Mas Faizin, kami sudah kenal dari Jakarta karena dia adalah bagian dari Aditeam yang kantornya sudah biasa kami ilerin plus kami habisin kuota internetnya buat ngerjain tugas kampus, Terimakasih ya Mas Adi (belom kenal nih sama yang ini, maklum bosnya). Kemudian ada Upi, adiknya mas Faizin. Masya Allah, semoga Allah selalu menjaga akhlak sholeh yang dimilikinya hingga kini. Dan ternyata ada gadis pembawa chocochips yang kedua, Namanya Desi, dia adalah adiknya mba wati, lebih muda dari Mba Wati ternyata. Oops… Adik dimana-mana selalu lebih muda yak. Hhaa… tapi kayaknya mereka berdua rebutan lahan chocochips nih, saran saya buat Desi (kalau baca ini tulisan), “Ngalah aja Des dari lahan chocochips, ikhlasin buat mba wati. Kasian udah tua, lebih gampang marah.” Hhhaaa..


Kemacetan yang sudah mulai terurai, udah deket lokasi
Dampak kelelahan akibat macet yang menimpa
salah satu tim kami, dia adalah saudara jauhnya
Bambang Pamungkas. Yaitu Evi Pamungkas.
Sekitar jam 10 pagi kami berangkat ke Umbul, mengingat penginapan kami dibuka untuk jam 1 siang.  Setelah mondar mandir cari jalan akhirnya ketemu, sekitar jam 12 siang. Dan ternyata peminat ke umbul itu banyak banget. Sampai jalanan kearah umbul padat merayap seperti jalur puncak pas tahun baru, tapi lebih mending ini sih. Tapi memang mirip, selain tempat wisata yang dikelola, di Umbul juga ada vila-vila yang bebas disewakan yang tidak terikat wisata utama. Untuk teman-teman yang ingin ke umbul sepertinya tidak bisa jika ingin memanfaatkan angkutan umum, karena sepanjang perjalan dan disekitar umbul jarang kendaraan umum saya temui, alangkah baiknya untuk sewa mobil saja. Mengenai info harga saya kurang bisa membantu, karena kami menggunakan mobil Mas Faizin, sehingga tidak pernah menanyakan harga sewa mobil disekitar semarang, tapi sepertinya standar untuk biaya sewa mobil berkisar dari 250 ribuan.  Kemudian untuk teman-teman yang membawa kendaraan pribadi harap hati-hati, karena jalanan yang tepat menuju umbul sangat sempit, karena harus melewati pemukiman penduduk yang sudah padat. Jalanan disekitar umbul hanya bisa dilewati untuk satu mobil saja, dan pastikan kondisi mobil prima karena jalur yang selalu menanjak, jangan sampai lagi berenti karena macet mobil malah mundur :D

Udara diumbul benar-benar segar, dingin suhu AC yang bertahan di tingkat 160 celcius, lebih dingin malah. Diumbul kami menyewa dua villa, satu untuk para perawan Jakarta dan satu untuk bujang jawa. Walau tanpa pengawasan orang tua, kita harus sadar mengenai batas pergaulan. Biar nggak terjadi apa yang diinginkan setan (jadi kambing hitam lagi kan si setan, kasian, tapi udah takdirnya sih begitu). Untuk biaya sewa villa dulu Rp 1.425.000 untuk satu villa,  villa kami jenis family room dengan kapasitas 8 orang.  Namun jika kesana hari biasa harganya Rp 950.000, murah kan. Fasilitas villa dua kamar mandi dengan air panas otomatis, dua toilet jadi nggak rebutan. Lantai bawah ada dua kasur ukurang king size, TV, kopi dan teh. Dilantai 2 hanya ada 4 kasur ukuran satu orang. Tapi lantai dua ini tempat terbaik yang dimiliki dari villa, karena dindingnya terbuat dari kaca, sehingga sambil tidur kita bisa melihat bintang tanpa harus masuk angin :D, villa ini nggak ber-AC. Dan saya nggak ngebayangin kalau harus ada AC, tanpa AC aja dinginnya udah super, untungnya adalah selimutnya benar-benar bagus, tipis tapi benar-benar hangat.  
 
View depan kamar

Penampakan Villa Family Room

Fasilitas lain adalah kita bisa sarapan sepuasnya. Ada sandwich dan soto ayam. Boleh makan keduanya asal mampu. Seperti teman saya si betawinese, Meiga namanya, cewe yang selalu bilang punya kampung dan sering mudik kekampungnya, yaitu Ciputat. Selain makan roti dan soto, dia juga mengisi semua kantongnya dengan pisang, alalasannya karena dia lagi BAB terus. Gimana tuh pipih nya nggak kaya kobochan, makan terus hobinya. Padahal di Jakarta diet terus [katanya], satu lagi, cewe sulawesi (Eris) yang katanya suka makan oat biar nggak gemuk kaya Atun, pas sarapan sandwich langsung sekali caplok, biar bisa langsung nambah kali ya, hhaaa…. Tapi emang wajar sih kalau nambah sarapan disana, sotonya enak, kalau nggak enak mungkin saya nggak bakal makan 3 mangkok. Hheee

Penampakan Eris dalam melahap roti demi sarapan selanjutnya.
yang lain masih antri dia udah ngeganyem.
Ga sadar kamera ya Neng, ahahaa

Coba hitung, ada berapa pisang didepan meja Meiga, 3, 4 atau 5?

Biaya sewa villa sudah termasuk biaya masuk, tapi tidak termasuk fasilitas outbond yang ada, kecuali kolam renangnya. Untuk kolam renang diperbolehkan berenang walau sepuasnya, kalau sanggup jam  12 malam juga boleh. Dan saya gagal, padahal sebelom pergi pengen berenang malem :D

Berhubung ketikannya sudah kepanjangan, untuk photo dan cerita lanjutan baca di postingan berikutnya ya … see you there

No comments:

Post a Comment

Monggo komennya tak enteni loh :)