Wednesday 25 January 2012

Menjadi Mekanik Dan Sok Kuat Seperti Tarzan (Cirebon)

Masa lalu adalah kumpulan rangkaian kata yang tersusun dalam sebuah novel, setiap lembar halaman memiliki ceritanya tersendiri yang tidak mudah untuk dilupakan, walaupun terkadang terdapat alur cerita yang tidak kita sukai. Tetapi ingat, cerita yang menggelitikpun sudah pasti bertebaran didalamnya.

Dan hari ini, saya teringat akan bagian novel yang telah tertulis dan sambil tetap melanjutkan tulisan tersebut yang tidak tahu sampai kapan akan ditutup. Dan semoga akan ditutup dengan cerita yang memuaskan.

Dan dalam kasus ini, rata-rata novel saya adalah berisi tentang keisengan saya. Keisengan yang menurut saya cukup nyleneh, karena isengnya lain dari keisengan yang temen-temen lakuin.


Kisah pertama yang saya ingat adalah tentang keisengan saya yang suka "nyolong" isi sesajen/sesaji dirumah setiap ada hari besar jawa. Sesaji adalah "hidangan" yang diberikan orang hidup kepada para leluhur yang telah meninggal, didalamnya ada kegemaran mereka yang telah tiada. Ada nasi, lauk (ayam, daging, telur, dll), buah (anggur, apel, jeruk, salak, mangga, pisang), teh manis-pahit, kopi manis-pahit, air putih, air kembang, sirih dan kawan (pala, gamber, kapur sirih, dan bakau), dll (makanan orang hidup kalah enak lah). Kalau teman-teman dihadapkan dengan sesaji dan ingin ngambil apa yang kalian ambil? dan tau apa yang saya ambil? SIRIH. Ya, daun sirih dan kawannya yang saya ambil. Iseng ini karena sering melihat ayah yang terlihat sangat menikmati makan sirih (dia tidak merokok). Dan setelah saya coba gigit berteman was-was kepergok orang rumah, mau tau rasanya? getir... pleh ... pleh ... (sampai melet-melet lidah gw). Tapi iseng saya sama sirih nggak berhenti, tetap berlanjut sampai sekarang :D

Pernah terlintas ingin tahu bagian dalam jam tangan atau bagian dalam dari suatu benda tanpa kamu tahu ilmunya? Dan itu terjadi pada diri saya. Yang masih ingat adalah jam tangan baru saya dan merupakan jam tangan pertama. Saya ingin tahu didalamnya ada apa, berlaga seperti MEKANIK saya ketok-ketok dan
kebongkar, saya ambil batrainya dan mesinya tanpa memikirkan bagaimana memasangnya lagi. Walhasil, jam itu rusak dan teronggok sampai terbuang entah kemana.

Barang elektronik (jam elektronik bukan sih?) selanjutnya yang menjadi korban kejahilan saya adalah TV. Dulu sehabis sunat saya mendapat hadiah uang yang cukup wah .. (gak tau sih jumlahnya berapa, tapi saya rasa banyak, karena saya emang nggak tahu harga, haaa...) dan ayah menanyakan mau dibelikan apa uangnya? saran dari ayah adalah sepeda. Tapi saya menolak, saya minta tv, nggak tanggun-tanggun saya minta tv berwarna (padal dulu tv hitam putih masih jarang dikampung). Akhirnya ayah nurut dan dibelikan tv. Saya masih ingat bentuk tvnya, kotak seperti akuarium dengan putaran channel dan volume suara masih berbentuk ulir seperti radio. Satu hal yang saya tanyakan ke ayah "kok tv berwarna tetap hitam putih? mana warna lainnya?" tanya saya dengan polos. Dijawab dengan kepolosan (yang dibuat) juga ayah langsung mengambil plastik kasar berwana merah kuning hijau dan ditempelkan ke tv. Dan jadilah tv berwarna, sedih saya .... saya telah tertipu. Tapi itu belum selesai, rasa sedih saya hilang dan saya sering pantengin itu tv. oh iya, dulu tv kena pajak loh (lupa deh, itu pajak apa bukan. yang jelas kaya ada matera-mterai-an), setiap bulan selalu ada mba-mba cantik yang main kerumah yang nagihin. Ujung cerita dari kehidupan tv adalah ketika saya iseng memutar mutar chanel tv, pas lagi asik-asiknya muncul suara "BLEDUK" dan tv menghitam gelap. Selamat jalan tv ku, ku bersedih atas kepergianmu.

Masih tentang sunat, tapi ini bukan iseng *serius. Dulu saya sunat sekalian sama kakak saya dan memakai mantri sunat dengan lokasi sunat dirumah. Kebiasaan dikampung kalau punya hajat adalah dimeriahkan dengan sebuah tanggapan/hiburan, dan waktu itu kami menanggap wayang, yang imbasnya adalah banyak tukang jualan berdiri didepan rumah. Iseng pertama saya adalah ngiri sama baju kaka (tapi nggak nangis, karena cuma ngiri sama tutup kepalanya (blangkon). Jadi dulu itu, kalo mau sunat kita jadi penganten sunat alias didandanin. Waktu itu kami pakai baju khas cirebon. taulah yah, searching aja baju daerah jawa barat. Pembeda baju kami adalah warna dan topi, kalau tidak salah saya warna biru dan kakak saya hijau. nah ditopi kakak saya ada ngelewer-nglewer pas didepan topi (hiasan). Nah saya kepengen, dan kakak saya pasrah sama apa yang dipake. Ujung-ujungnya adalah saya ambil topi kakak saya dan saya tukar. Ini berlanjut dari awal sampai akhir acara, sehingga warna topi dan baju kami tidak seragam atas bawah. kata orang blentang-blentong, haaa. Terus tertawa sampai lupa kalo sedikit lagi mau disunat. Itu bagian isengnya. Selanjutnya, baju telah diganti dengan sarung dan baju(atasannya lupa). Semua rasa deg-degan langsung datang berkumpul membentuk sebuah barisan, karena mantri sunat sudah datang. Saya pun disuruh tiduran, dan ibarat tontonan yang sangat melegakan kepenatan mereka menonton saya. Dan yang terjadi adalah sebelum sarung yang saya pakai tersingkap dan jarum suntik mencium (nggak kepikiran sama gunting potongnya) saya nangis berliter-liter penuh kelebaian air mata. Empat orang, ya empat orang memegang saya kuat. Sekuat mereka agar saya tidak kabur. Semua alternatif hiburan yang mereka tawarkan dan berikan tidak mempan, saya tetap menangis sampai yang dituju si pak mantri terpotong dan hilang dari tubuh saya. Lupa akan tangisan yang telah membuat orang menjadi wayang golek (geleng kepala), keisengan saya kembali muncul. Latar belakangnya adalah "kata orang kalo habis sunat pakai sarung karena sakit? saya mau beda ah .. ", Dikamar saya pegang-pegang benda yang telah bertransformasi itu dan langsung minta pakai celana pendek (jeans). Langsung keluar dengan sok hebat menyambangi tukang mainan dan berli salah satu mainannya. Dan tau efeknya? beberapa jam kemudian saya merasa sakit karena lecet (kayaknya) dan harus menderita anyang-anyangan setiap hari sampai luka saya sembuh total. nasib.. Tapi bukan rasbun kecil kalau nggak iseng, setiap hari gw minta gendong sama ibu walaupun udah nggak sakit lagi. hahaa... *maaf ya ibu :)

Masih "gara-gara" ayah saya. Kali ini ayah saya suka membawa pulang CIPLUKAN (maaf nggak tahu bahasa indonesianya). Ciplukan ini tanaman obat yang buahnya terbungkus kulit, buahnya sebesar buah ceri dan tergolong tanaman hijau, tingginya nggak sampai satu meter dan tidak keras. Yang namanya pohon obat sudah pasti pahit. Dan sama ibu selalu dibuat jamu godok. Tapi, lagi-lagi iseng ingin tahu rasanya saya minta itu buah sama ayah (nggak nyolong lagi yah, soalnya bukan suguhan, heee...), dengan senang hati ayah memberikan Dan sekali kunyah saya tahu rasanya, lebih enak dari sirih karena nggak getir, tapi pahit. Tapi saya ketagihan dengan buah ini. (mungkin efek belum kenal masnisnya buah ya..)

Rasanya ini adalah efek dari iseng saya, Ayah dan Ibu sepakat "ngerjain" saya. Keisengan mereka berlatarbelakang atas kekurus keringan badan saya karena tidak suka makan. Mereka membuat "minuman tersehat seduania pada waktu itu". JAMU KUNYIT. Radar kewaspadaan saya sudah aktif waktu itu, melihat gelagat orang tua yang tidak beres yang sedang memarut kunyit. Langsung saya bilang, "bukan buat saya kan?", kata mereka bukan. Tapi tetap, radar kecurigaan tegak setinggi tiang bendera. Saya mengumpat kepojok luar rumah (bodoh banget yak, masa ngumpet diluar rumah yang gak ada sekat apapun *payah..) Dan akhirnya gw ketangkep dan segelas wedang kunyitpun mengalir ketenggorokan gw. Mau tau rasanya? cobain sendiri sana ditukang jamu gendong. brrrr..... gak enak. Tapi saya lupa, setelah itu saya doyan makan atau tidak.

Siapa yang pernah sakit pas masih ingusan? Obat sirup apa yang jadi favorite kalian? kalau saya adalah sirup rasa jeruk. Ceritanya waktu itu saya sakit, dan obat yang saya kenal saya adalah berasa pahit (nggak tau kenapa, sudah kena pahitnya tanaman obat tapi tetep takut sama pahit obat). Nah, waktu saya sakit ada sebuah keajaiban, terselip obat sirup yang manis rasa jeruk (sebenarnya saya nggak tau itu obat adik saya atau punya saya *bedua-dua emang lagi sakit ceritanya. Tau kalau itu obat manis karena saya juga dikasih sama ibu. Nah, karna kaget dengan rasanya yang manis, saya pinjam obat tersebut dengan alasan mau belajar dibaca. Tapi tau apa yang saya lakukan? saya buka kardusnya, saya ambil sendoknya, kemudian saya buka tutup botolnya dan saya tuang isinya ke sendok. Karena rasanya enak, saya minum sampai TIGA SENDOK. Itupun karena ketahuan sama ibu, kalo nggak? habis kali yah dalam beberapa menit, hahaaa.... (untung nggak overdosis gw).

Keisengan saya selanjutnya adalah menjadi TARZAN dipohon jambu (bukan jambu air). Dikampung, didepan rumah tante saya ada pohon jambu yang sudah besar, setiap kesana (jarak 100 meter dari rumah saya) saya selalu nangkring dipohon jambu, tujuannya hanya buat tidur (bukan buat ngambilin jambu, jambu hanya kadang-kadang). Gelayutan sampai genteng rumah. Tapi sekarang sudah ditebang, sedihlah diriku :(

Siapa yang pernah main petasan? itu hobi saya waktu kecil (sekarang sudah nggak lagi), apalagi kalau bulan puasa. Tanpa diminta entah ada malaikat apa ayah saya telah membelikan petasan korek api satu bungkus besar dirumah dan itu adalah kali pertama saya mengenal petasan (jadi gak tau bahayanya yah). Dan yang aneh adalah kakak saya takut, dan setiap main dia selalu menggunakan batang lidi untuk menjadi perantara. dan keisengan saya adalah menyodorkan petasan tersebut ke kakak saya :D, yang ter-ekstrim adalah membuat petasan meriam dari bambu dan "perang" dengan teman yang lain. Karena petasan ini suaranya sangat menggelegar bisa membangunkan orang tidur limaratus meter. Kenakalan ini berhenti ketika tinggal dibrebes dan ada tetangga yang jarinya tidak lengkap disebabkan bermain petasan (serem).

Tau mangga apel? kalau kata orang dikampung namanya pelem gedong (mangga gedong). Ini adalah mangga kesukaan saya, karena walau belum matang buat saya rasanya sudah manis, walhasil tanaman mangga ayah saya (yang mangga apel) nggak akan ada yang pernah sampai matang. Kenapa? karena sudah habis duluan saya gragotin :) akhirnya ayah mengganti tanaman mangga menjadi tanaman singkong ... hahaaa...

Dan keisengan saya yang paling ujung adalah, menyatuka waktu sholat disatu waktu di waktu isya/magrib, Dimulai dari magrib, disambung isya, subuh, zuhur, dan ashar plek jadi satu baskom. Jadi, maksudnya adalah biar kalau besok kelupaan pas lagi main jadi udah sholat. hahaaa... Dan karna saya sholat dikamar kecil (bukan toilet, tapi kamar tempat biasa ayah merenung kayaknya) dan saya kunci, Dan apa yang terjadi? keluarga saya mengira bahwa saya sedang serius sholat karena waktu itu saya memang baru belajar sholat. hehehe...   *astahfirullah ...

Itulah beberapa cerita lucu yang dulu sudah pernah gw tulis ketika saya masih ada dicirebon dan masih berteman ayah seorang. Kenapa saya katakan seorang? karena nggak ada cantolan memori nama teman dimasa itu, dan yang saya ingat adalah bermain layangan bersama ayah dipinggir wangan (lebih kecil dari sungai tapi lebih besar dari sekedar got).

Bersambung  (dengan kisah di Brebes) ......

No comments:

Post a Comment

Monggo komennya tak enteni loh :)